Kepuasan Kerja
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap
orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena
setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap individu. Semakin banyak aspek dalam
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan
yang dirasakan.
Kepuasan
kerja merupakan respon afektif atau emosional terhadap berbagai segi atau aspek
pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja bukan merupakan konsep tunggal.
Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas
dengan satu atau lebih aspek lainnya. Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif)
tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi
kerja. Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya,
penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu
nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai situasi
kerjanya daripada tidak menyukainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Kepuasan
Kerja ?
2. Apa saja Aspek-Aspek Kepuasan Kerja?
3. Apa saja Faktor-faktor Penentu Kepuasan Kerja?
4. Apa saja Konsekuensi Kepuasan Kerja?
5. Bagaimana Cara Mengukur Kepuasan Kerja
6. Apa Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Semangat Kerja (Morale)?
7. Apa itu Semangat Kerja ?
8. Apa itu Tingkat Stress?
9. Apa itu Program, Fungsi dan Tipe Konseling?
10. Apa yang dimaksud dengan Pembinaan Disiplin?
2. Apa saja Aspek-Aspek Kepuasan Kerja?
3. Apa saja Faktor-faktor Penentu Kepuasan Kerja?
4. Apa saja Konsekuensi Kepuasan Kerja?
5. Bagaimana Cara Mengukur Kepuasan Kerja
6. Apa Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Semangat Kerja (Morale)?
7. Apa itu Semangat Kerja ?
8. Apa itu Tingkat Stress?
9. Apa itu Program, Fungsi dan Tipe Konseling?
10. Apa yang dimaksud dengan Pembinaan Disiplin?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa
itu Kepuasan Kerja
2. Untuk mengetahui Aspek-Aspek Kepuasan Kerja
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor Penentu Kepuasan Kerja
4. Untuk mengetahui Konsekuensi Kepuasan Kerja
5. Untuk mengetahui Bagaimana Cara Mengukur Kepuasan Kerja
6. Untuk mengetahui Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Semangat Kerja (Morale)
7. Untuk mengetahui Semangat Kerja
8. Untuk mengetahui Tingkat Stress
9. Untuk mengetahui Program, Fungsi dan Tipe Konseling
10. Untuk mengetahui Pembinaan Disiplin
2. Untuk mengetahui Aspek-Aspek Kepuasan Kerja
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor Penentu Kepuasan Kerja
4. Untuk mengetahui Konsekuensi Kepuasan Kerja
5. Untuk mengetahui Bagaimana Cara Mengukur Kepuasan Kerja
6. Untuk mengetahui Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Semangat Kerja (Morale)
7. Untuk mengetahui Semangat Kerja
8. Untuk mengetahui Tingkat Stress
9. Untuk mengetahui Program, Fungsi dan Tipe Konseling
10. Untuk mengetahui Pembinaan Disiplin
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Kepuasan
Kerja
Menurut Kreitner dan
Kinicki (2001;271) kepuasan kerja adalah “suatu efektifitas atau respons emosional
terhadap berbagai aspek pekerjaan”. Davis dan Newstrom (1985;105)
mendeskripsikan “kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan
atau tidaknya pekerjaan mereka”. Menurut Robbins (2003;78) kepuasan kerja
adalah “sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan
antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini
seharusnya mereka terima”.
Sehingga
dapat disimpulkan pengertian kepuasan kerja adalah sikap yang positif dari
tenaga
kerja meliputi perasaan dan tingkah laku terhadap pekerjaannya melalui penilaian
salah
satu pekerjaan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai
penting
pekerjaan
2.2
Aspek-Aspek Kepuasan Kerja
Ø (Levi,2002)
lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu
1.
Pekerjaan itu sendiri (Work It self)
Setiap pekerjaan
memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing.
Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau
mengurangi kepuasan kerja.
2.
Atasan(Supervision) atasan yang baik berarti mau menghargai
pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur
ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3.
Teman sekerja (Workers)
Merupakan faktor yang
berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai
lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4.
Promosi(Promotion)
Merupakan faktor yang
berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier
selama bekerja.
5.
Gaji/Upah(Pay)
Merupakan faktor
pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
Ø Aspek-aspek
lain yang terdapat dalam kepuasan kerja:
1. Kerja yang secara mental menantang,
Kebanyakan Karyawan
menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan
balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja
secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan
kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan
gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai
kesenangan dan kepuasan.
2.
Ganjaran yang pantas,
Para karyawan
menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai
adil,dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan
pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan
komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang
mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk
bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang
menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka
lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah
jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan.
Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang
lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu
individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara
yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari
pekerjaan mereka.
3.
Kondisi kerja yang mendukung,
Karyawan peduli akan
lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan
mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai
keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu),
cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem
(terlalu banyak atau sedikit).
4.
Rekan kerja yang mendukung,
Orang-orang mendapatkan
lebih daripada sekadar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi
kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu
bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan
kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan
utama dari kepuasan.
5.
Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan,
Pada hakikatnya orang
yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang
mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan
yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan
lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses
ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang
tinggi dari dalam kerja mereka.
2.3. Faktor-faktor
Penentu Kepuasan Kerja
Ada
6 faktor penentu kepuasan karyawan, yang meliputi:
1.Tugas atau pekerjaan
yang dilakukannya.
Karyawan lebih menyukai pekerjaan yang memberikan
mereka peluang untuk menggunakan skill dan kemampuan mereka, membuka kesempatan
pada mereka untuk belajar dan menerima tanggung jawab sehingga memandang
tugasnya sebagai pekerjaan yang menarik. Adanya kesesuaian pekerjaan dengan
ketrampilan dan kemampuan karyawan diharapkan mampu mendorong karyawan untuk
menghasilkan kinerja yang baik.
2.Gaji.
Merupakan renumerasi
finansial yang diterima oleh karaywan yang dipandang sebagai sesuatu yang adil
dalam organisasi. Karyawan menginginkan sistem penggajian yang adil dan sesuai
dengan harapan mereka, yang berdasarkan tuntutan kerja, tingkat ketrampilan,
serta pengalaman yang dimilikinya. Tingkat pendidikan karyawan juga turut
mempengaruhi tingkat kemungkinan karyawan dalam melakukan perbandingan gaji
dengan karyawan lain dengan level yang sama di perusahaan yang berbeda. Jika
gaji yang diterimanya lebih rendah daripada gaji yang berlaku di perusahaan
lain yang sejenis, maka akan menimbulkan ketidakpuasan karyawan terhadap gaji.
Karena itu, menentukan besaran gaji harus dilakukan dengan cermat, agar
karyawan dan perusahaan sama-sama diuntungkan. Karyawan yang puas dengan gaji
yang diterimanya, akan menciptakan kepuasan kerja yang diharapkan dan
berpengaruh pada kinerja karyawan.
3.Peluang untuk
mendapatkan promosi dalam jenjang karir
Melalui promosi,
perusahaan akan mendapatkan kestabilan moral karyawan, karena promosi akan
selalu diikuti oleh tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang lebih tinggi
daripada posisi sebelmyumnya. Selain itu, promosi juga memberikan peluang untuk
mengembangkan pribadi karyawan, menumbuhkan tanggung jawab yang lebih besar,
dan meningkatnya status sosial. Promosi yang dilakukan dengan cara yang adil
akan memberikan kepuasan pada karyawan.
4.Supervisi
Tugas pengawasan tidak
dapat dipisahkan dari fungsi kepemimpinan, yaitu mengkomunikasikan kepada
karyawan apa yang menjadi tujuan yang sudah ditetapkan oleh organisasi.
Kepemipinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin dalam organsiasi dapat
menciptakan integrasi yang selaras dan mendorong karyawan untuk mencapai
sasaran dengan maksimal. Karena itu aktivitas karyawan sangat tergantung pada
gaya kepemimpinan yang diterapkan di tempat kerja. Pengarahan, perhatian, dan
motivasi dari pemimpin diharapkan dapat mendorong karyawannya untuk melakukan
pekerjaanya dengan baik.
5.Rekan kerja
Team work yang yang
baik, saling memberikan dukungan, bantuan, atau saran akan membuat pekerjaan
lebih menyenangkan. Hubungan baik dengan rekan kerja akan sangat berarti jika
pekerjaan tersebut membutuhkan kerja sama tim. Eratnya hubungan dengan rekan kerja
atau team work akan mempengaruhi pada mutu kerja yang dihasilkan. Kelompok
dengan tingkat kekompakan yang tinggi akan membuat karyawan merasa puas berada
dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan karena berkurangnya ketegangan dan
kecemasan dalam kelompok dan individu yang ada dalam kelompok tersebut mampu
menyesuaikan diri dengan tekanan pekerjaan.
6.Lingkungan kerja yang
bersih dan menyenangkan
Lingkungan kerja yang
bersih, teratur, dan menyenangkan akan membuat pekerjaan lebih mudah ditangani.
Namun jika kondisi kerja tidak menyenangkan (bising dan kotor) maka akan
mengakibatkan terganggungnya penyelesaian pekerjaan. Lingkungan kerja yang baik
akan memberikan kepuasan kerja.
2.4 Konsekuensi Kepuasan Kerja
Seperti sudah
dijelaskan pada bagian sebelumnya mengenai kepuasan kerja, maka beberapa
konsekuensi kepuasan kerja dapat dirangkum sebagai berikut :
Kepuasan dan Motivasi
Suatu penelitian meta
analisis yang dilakukan oleh A J Kinicki, dkk (2000) meliputi 9 hasil analisis
yang melibatkan 2.237 orang pekerja mengungkapkan ada hubungan yang positif dan
signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja. Karena kepuasan dengan
pengawasan berkorelasi secara signifikan dengan motivasi, para manager
disarnkan untuk mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan
kerja. Para manager secara potensial meningkatkan motivasi para karyawan
melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja
Kepusan dan Keterlibatan
dalam Pekerjaan
Keterlibatan dalam
pekerjaan merupakan keterlibatan individu dengan peran dalam pekerjaannya.
Suatu meta analisis yang melibatkan 27.925 responden dari 87 penelitian yang
berbeda menunjukkan bahwa keterlibatan dalam pekerjaan memiliki keterkaitan
dengan kepuasan kerja (S, P, Brown, 1996)
Kepuasan dengan OCB
Kepuasan kerja dianggap
sebagai faktor utama yang mempengaruhi perilaku ekstra peran (OCB). Berdasarkan
meta analisis yang mencakup 6.746 orang yang terdiri dari 28 penelitian
terpisah mengungkapkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
perilaku sebagai anggota organisasi yang baik dengan kepuasan (Organ dan Ryan,
1995).
Robbins (2007)
menjelaskan bahwa adalah logis menganggap kepuasan sebagai predictor utama OCB,
karena karyawan yang puas cenderung akan berbicara positif mengenai organisais,
membantu individu lain, dan melewati harapan normal dalam pekerjaan mereka.
Selain itu, karyawan yang puas mungkin akan memberikan peran yang lebih karena
merespon pengalaman positif mereka.
Kepuasan kerja dengan
Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi
mencerminkan bagaimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi
dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Sebuah meta analisis dari 68 penelitian
yang melibatkan 35.282 orang individu mengungkapkan adanya hubungan yang kuat
antara komitmen dan kepuasan kerja (Tett dan Meyer, 1993). Para manager
disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan mendapatkan tingkat
komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang tinggi dapat mempermudah
terwujudnya produktivitas yang lebih tinggi (Matheu dan Zajac, 1990).
Beberapa konsekuensi
lainnya adalah Kepuasan kerja dengan Ketidakhadiran, Kepuasan Kerja dengan
Turnover, Kepuasan kerja karyawan dengan Kepuasan Pelanggan
2.5. Cara Mengukur Kepuasan Kerja
Terdapat banyak cara
untuk mengukur kepuasan kerja karyawan dalam suatu organisasi/perusahaan baik
besar maupun kecil. Paling tidak terdapat empat cara yang dapat dipakai untuk
mengukur kepusan kerja, yaitu (1) Rating Scale, (2) Critical incidents, (3)
Interviews dan (4) Action Tendencies
Rating Scale
Pendekatan yang sering
digunakan untuk mengukur kepuasan kerja
dengan menggunakan Rating Scale antara lain: (1) Minnessota Satisfaction Questionare, (2) Job Descriptive
Index, dan (3) Porter Need Satisfaction Questionare.
Minnesota Satisfaction
Questionare (MSQ) adalah suatu instrumen atau alat pengukur kepuasan kerja yang
dirancang demikian rupa yang di dalamnya memuat secara rinci unsur-unsur yang
terkategorikan dalam unsur kepuasan dan unsur ketidakpuasan. Skala MSQ mengukur
berbagai aspek pekerjaan yang dirasakan sangat
memuaskan, memuaskan, tidak dapat memutuskan, tidak memuaskan dan sangat
tidak memuaskan. Karyawan diminta memilih satu alternatif jawaban yang sesuai
dengan kondisi pekerjaannya.
Job descriptive index.
adalah suatu instrumen pengukur kepuasan kerja yang dikembangkan oleh Kendall,
dan Hulin. Dengan instrumen ini dapat diketahui
secara luas bagaimana sikap karyawan terhadap komponen-komponen dari
pekerjaan itu. Variabel yang diukur adalah pekerjaan itu sendiri, gaji,
kesempatan promosi, supervisi dan mitra kerja.
Porter Need
Satisfaction Questionare adalah suatu intrumen pengukur kepuasan kerja yang
digunakan untuk mengukur kepuasan kerja para manajer. Pertanyaan yang diajukan
lebih mempokuskan diri pada permasalahan tertentu dan tantangan yang dihadapi
oleh para manajer.
Critical Incidents
Critical Incidents
dikembangakan oleh Frederick Herzberg. Dia menggunakan teknik ini dalam
penelitiannya tentang teori motivasi dua faktor. Dalam penelitiannya tersebut
dia mengajukan pertanyaan kepada para karyawan tentang faktor-faktor apa yang
saja yang membuat mereka puas dan tidak puas.
Interview
Untuk mengukur kepuasan
kerja dengan menggunakan wawancara yang dilakukan terhadap para karyawan secara
individu. Dengan metode ini dapat diketahui secara mendalam mengenai bagaimana
sikap karyawan terhadap berbagai aspek pekerjaan.
Dari tiga cara
pengukuran tersebut, menggunakan rating scale adalah yang paling sering
dilakukan.
2.6. Hubungan
antara Kepuasan Kerja dengan Semangat Kerja (Morale)
Faktor sumber daya
manusia merupakan tujuan utama dalam Pembangunan perusahaan hal ini di karena
hasil kinerja karyawan Sebagai penentu kelangsungan perusahaanK inerja karyawan
merupakan faktor penting dalam menjalankan sistem perusahaan karena jika
karyawan tidakmelakukan pekerjaannya perusahaan tersebut akan mengalami
kegagalan.
Peningkatan kinerja
dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti, peningkatan kepuasan
kerja dan semangat kerja.
Untuk mengetahui
kondisi kepuasan kerja melalui aspek ciri-ciri intrinsik pekerjaan, gaji, penyeliaan,
rekan kerja dan kondisi kerja. Semangat kerja diketahui melalui dimensi
semangat kerja yaitu: tingkat perilaku agresif, perasaan dalam pekerjaan;
kemampuan beradaptasi dan keterlibatan ego. Sedangkan kinerja karyawan itu
sendiri dapat dilihat dari: kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu,
efektifitas, kebutuhan pengawasan dan interpersonal impor. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja dan semangat kerja dengan
kinerja karyawan.
2.7. Semangat
Kerja
Semangat kerja atau
moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang
karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah
keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan
tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan
sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin
perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
2.8. Tingkat
Stress
Stres merupakan respon
tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Stres
satu di antaranya dapat dialami oleh tenaga kesehatan. Tingkatan stres dibagi
menjadi ringan, sedang, dan berat yang dipengaruhi oleh faktor yang
berbeda-beda dari setiap individu.
2.9. Program,
Fungsi dan Tipe Konseling
1) Crisis Intervention Counseling
1) Crisis Intervention Counseling
Intervensi konseling
krisis sebagai metode yang digunakan untuk menolong dalam situasi segera,
bantuan jangka pendek kepada individu yang mengalami masalah emosional, mental,
fisik dan perilaku distress atau masalah dari pengalaman atau kejadian seperti:
(a) Bencana alam
(b) Pelecehan atau
pemerkosaan seksual, perampokan:
(c) Sakit secara medik
(d) Gangguan/sakit
mental
(e) Percobaan atau
bunuh diri
(f) Kehilangan, cerai
atau perubahan drastis dalam hubungan
2) Marriage and Family Counseling
Konseling pernikahan
menciptakan dan memediasi satu lingkungan yang aman/nyaman untuk dua pribadi
dalam pernikahan untuk mendiskusikan apa masalah yang dimiliki masing-masing
terhadap pasangan, memecahkan perbedaan dan bekerja sama untuk saling
meningkatkan pemahaman.
3) Relationship Counseling
Relationship counseling
menolong dua pribadi atau lebih dalam satu keluarga, pasangan, pekerja atau
majikan di dunia kerja, atau antara profesional dengan klien dalam hubungan
satu upaya untuk mengenal dan mengelola lebih baik atau rekonsiliasi perbedaan
atau kesulitan dan mengulang pola dari distress.
4) Guidance and Career Counseling
BK Karier membantu dan
mengentaskan bagi individu yang mencari pekerjaan, memutuskan di bidang akademik
dan karier.
Konselor menolong
mengevaluasi kemampuan, sikap, minat dan kepribadian siswa untuk mengembangkan
akademik, pekerjaan dan tujuan karier secara realistik.
5) Rehabilitation Counseling
Konseling rehabilitasi
menolong individu dengan fisik, mental perkembangan yang terlambat dan gangguan
otak) dan gangguan psikiatri untuk mencapai hidup yang produktif dan mandiri.
6) Mental Health Counseling
Konseling kesehatan
mental member perlakuan psikopatologi dan mempromosikan kesehatan mental yang
optimal dan hidup sehat. Termasuk diagnosis dan treatment; teknik
psiko-edukasional, dengan tujuan pencegahan; konsultasi; dan penelitian klinis.
7) Sexual Trauma Counseling
Konseling trauma seksual
ini menyediakan layanan kepada anak dan orang dewasa yang mengalami kekerasan
dan pelecehan seksual dan juga keluarga melalui pendidikan masyarakat, advokasi
dan pemulihan.
8) AIDS Counseling
Konseling AIDS adalah
satu bang spesialisasi dari konseling yang menghadapi pencegahan dari peyakit
dan pengobatan dari konseli yang di diagnosis dengan virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) atau (Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
9) Philosophical Counseling
Konseling Filosofi
adalah konsleing menggunakan pengetahuan filososfis, analisis konseptual, dan
keterampilan logik untuk menemukan makna baru sebagai cara dan ekspresi
pemikiran.
10) Grief and Bereavement Counseling
Konseling kehilangan
dan kematian adalah bentuk terapi khusus dengan tujuan menolong individu dengan
peristiwa kematian dan hadir di situasi kehilangan individu dalam kesehatan
mental.
11) Substance Abuse Counseling
Konseling
penyalahgunaan zat adiktif menolong individu yang adiksi obat dan alkohol. Juga
menolong anggota keluarga dan teman-teman dari adiksi yang dapat mempengaruhi
kehidupan mereka.
12) Transgender Counseling
Konseling transgender
menolong individu transgender menerima keunikannya, ketimbang menolak,
memberontak atau malu atau bingung tentang dirinya, dan sosial menerima apa
adanya. Lebih mudah pribadi transgender mengisolasi diri, kadang mengundurkan
diri atau merasa ditolak.
2.10. Pembinaan
Disiplin?
Keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai sesuatu tujuan selain sangat ditentukan oleh dan mutu
profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin para anggotanya. Bagi aparatur
pemerin-tahan disiplin tersebut mencakup unsur-unsur ketaatan, kesetiaan,
kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban, dalam arti
mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk kepentingan negara dan
masyarakat.
Dalam Pasal 29
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 dinyatakan bahwa “Dengan tidak
mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, maka untuk
menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil”.
Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur mengenai kewajiban,
larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar
oleh Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang “Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil”. Dalam Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur
ketentuan-ketentuan mengenai:
1. Kewajiban,
2. Larangan,
3. Hukuman disiplin,
4. Pejabat yang berwenang menghukum,
5. Penjatuhan hukuman disiplin,
6. Keberatan atas hukuman disiplin,
7. Berlakunya keputusan hukuman disiplin.
1. Kewajiban,
2. Larangan,
3. Hukuman disiplin,
4. Pejabat yang berwenang menghukum,
5. Penjatuhan hukuman disiplin,
6. Keberatan atas hukuman disiplin,
7. Berlakunya keputusan hukuman disiplin.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepuasan kerja
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup, karena
sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja. Berikut ini beberapa
pengertian kepuasan kerja yang diambil dari beberapa sumber:
Kondisi menyenangkan
atau secara emosional positif yang berasal dari penilaian seseorang atas
pekerjaannya atau pengalaman kerjanya (Setiawan dan Ghozali, 2006:159).
Suatu perasaan positif
tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya
(Robbins & Judge, 2008:107).
Keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya (Handoko, 2001:193).
Hasil dari persepsi
karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai
penting (Luthans, 2006:243).
Referensi :
https://eprints.uny.ac.id/7518/3/BAB%202-09409131010.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepuasan_Kerja
https://zahiraccounting.com/id/blog/6-faktor-penentu-kepuasan-kerja-3/
https://teorionline.wordpress.com/2012/03/11/konsekuensi-dari-kepuasan-kerja/
https://teorionline.wordpress.com/2012/02/20/cara-mengukur-kepuasan-kerja/
https://lacusza.blogspot.com/2014/12/kepuasan-kerja.html
http://elfainkabaturia.blogspot.com/2017/01/kepuasan-kerja.html
Komentar
Posting Komentar